Pages

Sunday, January 30, 2011

Latar Belakang (Bahan proposal Thesis)


Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan yang dikutip oleh Kantor Berita Antara di http://www.antaranews.com/berita/1260211179/bps-angka-kemiskinan-2010-tidak-banyak-berubah-dari-2009 mengatakan angka kemiskinan pada 2010 tidak banyak berubah dengan 2009 yakni 14,15 persen, dan di Indonesia orang suka atau tidak suka harus bekerja jikalau menganggur ia akan mati. "Angka kemiskinan pada Maret 2009 berkisar pada 14,15 persen dan data yang akan keluar pada Maret 2010 angkanya kemungkinan masih pada kisaran itu," ujarnya seusai konferensi pers di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta, senin. Menurut dia salah satu komponen perhitungan kemiskinan seperti penghitungan garis kemiskinan sangat dipengaruhi oleh harga-harga yang dikomsumsi masyarakat miskin. "Sekarang inflasi dari Maret ke Maret diprediksi di bawah 5 persen, jadi ada peluang garis kemiskinan tidak bergerak jauh," ujarnya. Rusman tidak mengatakan jumlah kemiskinan akan turun namun dari garis kemiskinan yang tidak melonjak mengikuti inflasi, diprediksi angka kemiskinan hampir sama seperti 2009. Ia juga menambahkan jumlah pengangguran terbuka turun dari 8,14 persen pada Februari 2009 menjadi 7,87 persen pada Agustus 2009 yang menyebabkan jumlah pekerja tidak penuh di Indonesia meningkat. "Dapat dilihat melalui pengangguran turun tapi juga harus dilihat implikasinya. Misal mereka berubah status menjadi bekerja namun di bawah 35 jam, jadi pengangguran paruh waktu pun bertambah," ujar Rusman. Menurut dia, dengan adanya penambahan penduduk rata-rata sebesar 1,34 persen per tahun di Indonesia dari 2000 hingga 2009 juga menimbulkan permasalahan dalam pengadaan tenaga kerja dan kualitas pekerjaan yang dihasilkan. "Ini disebabkan di Indonesia sistemnya belum jalan dan ciri khas lapangan kerja disini menyebabkan orang suka tidak suka harus bekerja dan ini berbeda seperti di luar negeri yang APBN-nya kuat. Di Indonesia apabila orang tersebut nganggur akan mati dan ini menjadi persoalan dalam kualitas pekerjaannya," ujarnya.
Angka kemiskinan yang dikeluarkan oleh Badan Statistik Indonesia yang sangat moderat, menunjukkan betapa banyaknya orang yang berada di bawah standar hidup yang layak. Bank Dunia yang dikutip dalam jurnal dialog kebijakan publik edisi 3 / November / tahun II/ 2008 menyatakan bahwa ada 40% penduduk Indonesia berpendapatan rendah.
            Bagaimana dengan kemiskinan di Indonesia saat ini? Dalam Perkembang terbaru,Sejumlah aktivis yang tergabung dalam Petisi Garuda (Gerakan Rakyat untuk Demokrasi) menganggap pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono telah gagal. Petisi Garuda pun merilis sejumlah kegagalan pemerintahan SBY-Boediono.
Berikut daftar 33 kegagalan pemerintahan SBY-Boediono versi Petisi Garuda:
1. Gagal melindungi sumber daya ekonomi rakyat dan sumber daya ekonomi negara.
2. Gagal menyediakan pelayanan pendidikan yang terjangkau oleh masyarakat.
3. Gagal menyediakan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas.
4. Gagal melindungi warga negara menjadi tenaga kerja di luar negeri.
5. Gagal melindungi kedaulatan bangsa dari upaya hegemoni modal, budaya, maupun upaya nyata untuk mencaplok secara fisik wilayah kedaulatan NKRI.
6. Gagal melindungi HAM dan menuntaskan kasus pelanggaran HAM.
7. Gagal dalam upaya pemberantasan dan penuntasan kasus korupsi.
8. Gagal dalam upaya peningkatan perekonomian rakyat
9. Gagal dalam upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat.
10. Gagal dalam melakukan reformasi birokrasi.
11. Gagal dalam upaya penegakan hukum untuk menjamin ketertiban dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
12. Gagal membangun politik yang beretika dan menghilangkan praktik politik yang transaksional.
13. Gagal dalam upaya membangun karakter bangsa.
14. Gagal dalam upaya membangun moralitas bangsa.
15. Gagal dalam mewujudkan kemandirian pangan.
16. Gagal dalam membangun wilayah perbatasan dan perdesaan.
17. Gagal mensejahterakan buruh, nelayan, dan kaum miskin kota.
18. Gagal memberikan keadilan, penyelesaian kasus-kasus rakyat.
19. Gagal menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok masyarakat.
20. Gagal menjaga membangun kemandirian pangan.
21. Gagal menyediakan kebutuhan energi untuk menopang kegiatan ekonomi masyarakat.
22. Gagal membangun industri dasar yang dibutuhkan rakyat untuk meningkatkan produktivitas kegiatan ekonominya.
23. Gagal membangun lingkungan hidup yang menyebabkan sering terjadinya bencana banjir.
24. Gagal menyelamatkan hutan Indonesia dari kegiatan mafia kayu.
25. Gagal mengeliminir praktik penyelundupan di wilayah perbatasan.
26. Gagal membebaskan bangsa dari cengkeraman mafia.
27. Gagal menyelamatkan keuangan negara dari tindakan pencurian mafia pajak
28. Gagal dalam menyelamatkan potensi pertambangan dari eksploitasi liar mafia tambang.
29. Gagal membangun pluralitas bangsa yang harmonis.
30. Gagal menyediakan pupuk yang murah untuk meningkatkan produktivitas pertanian
31. Gagal melindungi hak buruh untuk mendapatkan status pekerjaan yang jelas dengan upah yang layak.
32. Gagal dalam diplomasi internasional untuk memperjuangkan kepentingan bangsa.
33. Gagal melindungi hak hidup fakir miskin dan anak telantar.

Kemiskinan Indonesia sangat ironis. Kantong kemiskinan Indonesia justru terdapat di provinsi yang melimpah sumber daya alam dan sekaligus tempat mayoritas berdiamnya pemeluk agama Kristen di Indonesia. Adapun urutan provinsi kategori termiskin dari urutan pertama sampai ke lima berdasarkan data Badan Statistik nasional tertanggal 30 Maret 2010 adalah :
1.    Provensi papua Barat              dengan kemiskinan 36,8%
2.    Provensi papua                        dengan kemiskinan 34,88%
3.    Provensi Maluku                      dengan kemiskinan 27,74%
4.    Provensi Sulawesi Barat          dengan kemiskinan 23,19%
5.    Provensi Nusa Tengara Timur dengan kemiskinan 23,03%
Angka statistik ini memperlihatkan betapa pelayanan terhadap kemiskinan di Indonesia perlu menjadi perhatian khusus, terlebih-lebih Tuhan Yesus telah menitipkan orang miskin kepada murid-murid-Nya dan pemerintah mempercayakan kepada pekerja sosial yang memiliki sertifikasi.
Yesus menyatakan bahwa orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu. (Matius 26:11) Tuhan Yesus telah mendelagasikan pelayanan orang-orang miskin kepada murid-murid-Nya dari generasi ke generasi. Orang miskin adalah bagian dari umat manusia yang dikasihi-Nya, diperhatikan-Nya.

Pemberian amanat Tuhan Yesus untuk melayani orang-orang miskin bukanlah tanpa alasan jelas. Yesus Kristus Tuhan yang lahir di palungan, datang ke dunia membawa berita kabar baik bagi orang miskin (Luk 4:18). Orang miskin yang sepenuhnya tergantung belas kasihan orang lain. Bagi orang-orang Timur Tengah keadaan ini sungguh-sungguh memalukan. Di Timur tengah kehormatan dan nama lebih penting dari pada makanan dan hidup sendiri. Orang yang sungguh miskin tidak mempunyai orang yang ada di bawahnya, berada di tempat yang paling bawah pada tangga kelompok sosial. Yesus menjalin hubungan dengan orang miskin dan tertindas dan menolong mereka dari kesulitan yang menimpanya. Sebagaimana Kabar baik sampai kepada orang miskin ketika Yesus hidup, maka Dia juga mengharapkan hal yang sama terjadi, murid-murid-Nya menyampaikan Kabar Baik kepada orang miskin di generasinya.

Rumusan Masalah.
Bertolak dari penjelasan di atas pokok masalah yang dipelajari dari tesis ini ialah bagaimana pelayanan Yesus melayani orang miskin dimasa-Nya dikaitkan dengan pelayanan murid-murid Yesus saat ini yang dipengaruhi theologi pembebasan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia?

Pertanyaan Riset.
Untuk mengarahkan penyelidikan terhadap pelayanan Yesus dan pelayanan murid-murid-Nya yang dipengaruhi kondisi ekonomi dan kebijakan publik di Indonesia, penulis mengajukan sejumlah pertanyaan :
1.    Apa, siapa dan bagaimana orang miskin dalam pandang Yesus?
2.    Bagaimana sikap Yesus terhadap orang miskin dan tertindas?
3.    Bagaimana cara Yesus melayani orang miskin dan tertindas?
4.    Bagaimanakah apilkasi cara Yesus melayani orang miskin dan tertindas dalam sistem Negara kesatuan Republik Indonesia? (sebuah usulan)

Tujuan Penelitian
Penelitian dan penulisan ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana Yesus memandang orang miskin dan melayani orang miskin dan tertindas? Bagaimana murid-murid Yesus saat ini yang berada di Indonesia melayani orang miskin dan tertindas dalam wilayah kesatuan negara Republik Indonesia? Untuk mewujudkan tujuan ini, beberapa langkah yang ditempuh studi ini:
Pertama, menjelaskan latar belakang Yesus sebagai pelayan orang miskin, tempat dan waktu pelayanan, cara dan tujuan pelayanan Yesus dan struktur Kabar Baik yang diberitakan Yesus dalam melayani orang miskin.
Kedua, menerangkan bagaimana karakteristik Yesus sebagai kemanusiawian-Nya dan dalam ke-Ilahian-Nya dalam melayani orang miskin dan bagaimana kualitas diri-Nya dalam kedudukan itu.
Ketiga, mengembangkan apa saja isi pengajaran Yesus yang disampaikan kepada orang miskin dalam usaha melenyapkan kelemahan dan penderitaan serta penindasan yang dialami orang miskin.
Keempat, mengidentifikasi kemiskinan di Indonesia, bagaimana dan bilamana seseorang dikategorikan sebagai orang miskin serta kebijakan pemerintah dalam rangka mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
Kelima, mengidentifikasikan orang miskin yang dilayani Yesus, konteks, metode dan media pelayanan dan pengentasan kemiskinan, penindasan sebagai saksi Yesus dalam melayani sesama yang berada di dalam kemiskinan.
Keenam, usulan aplikasi bagi program pelayanan terhadap orang miskin di negara Republik Indonesia yang majemuk di abad 21.

Pentingnya Penulisan.
Manfaat penulisan ini adalah pertama menambah pemahaman dan pengertian yang lebih jelas bagi penulis bahwa Yesus seorang pelayanan orang miskin yang tepat untuk dijadikan pola pembelajaran masa kini, sebab pola pelayanan-Nya efektif dapat dipergunakan dalam segala situasi dan keadaan. Kedua,diharapkan dapat memberi wawasan baru dan luas bagi rekan sekerja yang berprofesi hamba Tuhan yang mengkhususkan pelayanan masyarakat miskin dan tertindas sebagai langkah untuk memantapkan diri dalam panggilan pelayanan khusus tersebut. Ketiga, bagi pengembangan disiplin ilmu teologi yang mengamati kemiskinan dan penindasan dengan memahami figur Yesus sebagai hamba Tuhan yang dipanggil melayani orang miskin. Keempat, dalam pelayanan terhadap orang miskin dan tertindas telah berkembang aneka ragam teologi. Penulis berharap hasil studi ini memberikan kontribusi dalam perkembangan teologis. Kelima, menambah pemahaman kondisi kemiskinan dan orang lemah di Indonesia dan altenatif usulan tentang strategi pelayanan orang miskin dan tertindas di Indonesia.

Ruang Lingkup Penelitian.
Ruang lingkup penulisan ini akan difokuskan pada pelayanan orang miskin yang dilakukan Yesus. Penulisan membatasi ruang lingkup penulisan: Pertama, pada latar belakang kehidupan Yesus di dunia. Kedua, teladan Yesus sebagai pelayan orang miskin saat hidup di dunia dalam latar belakang budaya Yahudi dan dilanjutkan dengan penjelasan peran Yesus dalam kemanusiawi-Nya dan ke-Ilahian-Nya. Ketiga, isi Kabar Baik yang disalmpaikan dalam pelayanan terhadap orang miskin. Keempat, pola pelatihan Yesus dalam mendidik murid-murid-Nya dalam melayani orang miskin yang di dalamnya memuat konteks, motode dan media yang dipakai Yesus dalam melayani orang miskin, turut menjadi bahan kajian penulis. Kelima, memahami kemiskinan di Indonesia dan memberi kontribusi dalam melayani orang miskin di Indonesia.

Tesis.
Kitab Injil mengambarkan Yesus sebagai hamba Tuhan yang menlayani orang miskin yang aktif dan kreatif serta penuh kuasa di dalam melengkapi murid-murid-Nya dan di dalam melayani Kabar Baik Kerajaan Allah kepada banyak orang. Penjelasan Kitab Injil mengenai Yesus sebagai pelayanan orang miskin , seharusnya dapat menjadi gagasan yang berguna bagi peningkatan dalam pelayanan orang miskin di Indonesia dewasa ini.

Metode dan Prosedur Penelitian.
Penelitian dalam tesis ini mengunakan metode deskriptif dan metode historis biografis. Dikatakan deskriptif karena penulis menjelaskan masalah yang dibahas dengan cara membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat (Nasir, 1998:63).
Untuk langkah kerjanya, penulis ini memakai metode analisis. Sumber data sejarah harus dianalisis dengan teliti secara ilmiah untuk menentukan keotentikannya (kritik luar) dan keakuratannya (kritik dalam) (Sumanto, 1990:44). Pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur. Tinjauan literatur meliputi pengidentifikasian, penjelasan sumber dan penguraian secara sistematis dari dokumen-dokumen yang mengandung informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti (Sumanto, 1990:11).
Penelitian ini juga memakai metode historis/sejarah dan biografis. Penelitian sejarah adalah proses pengumpulan secara sistematis dan evaluasi yang obyektif dari data yang berkaitan dengan kejadian-kejadian di masa lampau untuk menguji hipotesis sehubungan dengan sebab, akibat atau kecenderungan kejadian-kejadian tersebut yang dapat membantu menerangkan kejadian masa kini dan mengantisipasi kejadian yang akan datang (Sumanto, 1990:43). Menurut Donald dan kawan-kawan, penelitian historis adalah usaha untuk menetapkan fakta dan mencapai kesimpulan mengenai hal-hal yang telah berlalu, secara sistematis dan obyektif. Ahli sejarah mencari, mengevaluasi dan menafsirkan bukti-bukti yang dapat dipakai untuk mempelajari masa lalu (2000:473). Ini berarti penelitian diarahkan kepada suatu proses pengumpulan dan interpretasi terhadap peristiwa atau gagasan yang timbul pada masa lampau di saat Yesus menjalani kehidupan di dunia melayani orang miskin berkenaan dengan pelayanan murid-murid Yesus saat ini di negara Republik Indonesia. Pada akhirnya hasilnya yang dicapai dapat diaplikasikan sebagai pola pembelajaran bagi murid-murid Yesus yang melayani orang miskin.
Penelitian tehadap Yesus yang melayani orang miskin juga dilakukan dengan pendekatan biografis, maksudnya otobiografis komprehensif. Penelitian ini bertujuan memberikan penjelasan tentang subyek dan berusaha menetapkan serta menjelaskan dengan teliti kenyataan-kenyataan dari subyek, pengaruh-pengaruh dari subyek itu dalam perkembangan kehidupan-Nya, sifat, watak, latar belakang serta nilai hidup subyek itu (Koentjaraningrat, 1997:49-50).
Berdasarkan pengertian tersebut, penelitian ini akan difokuskan kepada figur seorang pelayanan orang miskin yang tercatat dalam Kitab Injil, yaitu Yesus Sang Mesias. Jadi penyelidikan diarahkan kepada siapa Yesus, teladan, isi ajaran, strategi pengajaran-Nya serta komitmen pelayanan-Nya. Kehadiran-Nya di dunia membawa misi yang diimplementasikan dalam tugas dan tanggungjawab-Nya sebagai hamba yang melayani orang miskin.
Penelitian diawali dengan pengumpulan dan membaca literatur antara lain : Alkitab, buku-buku teologi Perjanjian Baru, eksiklopedia Alkitab, interlinear, konkordansi, kamus Alkitab, tafsiran Alkitab, aneka tulisan pelayanan terhadap kemiskinan, aneka tulisan kemiskinan di Indonesia dalam sistem ekonomi dan sosial politik baik tinjauan sejarah maupun kekinian. Upaya ini dimaksudkan untuk mendapatkan fakta tentang pelayanan kemiskinan oleh Yesus dan aplikasi di Indonesia.
Untuk mencapai maksud di atas ditempuh beberapa upaya. Penulis melakukan studi kata. Kata-kata penting yang terkait dengan studi ini diteliti melalui studi kata. Mengacu pendapat Ken Malmin bahwa: “Studi kata merupakan basis dari cara-cara mempelajari Alkitab, dimana penafsir memilih satu kata dari Alkitab kemudian mencari pengertian kata tersebut berdasarkan kata bahasa asli serta konteksnya, kemudian pengertian itu diangkat dari arti kata tersebut merupakan kebenaran yang dapat dihubungkan dengan kehidupan masa kini” (1990:105). Pemikiran penafsir menjadi pendukung dan pembanding dalam usaha ini. Semua data yang diperoleh dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisa, diinterpretasikan sesuai dengan identifikasi masing-masing pembahasan.
Diharapkan dengan langkah-langkah ini dapat mengungkapkan pelayanan Yesus terhadap orang miskin yang berguna dalam kehidupan saat ini.

Definisi Istilah.
Istilah yang akan dijelaskan pada bagian ini adalah yang berhubungan dengan judul tesis dan juga beberapa kata yang akan sering muncul dalam tulisan.
Pertama, istilah miskin. Istolah ini dibatasi dalam ruang lingkup miskin dalam sistem sosial ekonomi yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan berpedoman kepada kriteria yang disusun oleh Badan Statistik Nasional dan miskin dalam sistem sosial ekonomi Yahudi saat Yesus hidup.
Kemiskinan menurut Badan Pusat Statisk Nasional adalah keluarga, rumah tangga yang memiliki ciri, yaitu (jika memenuhi salah satu kretia dikatagorikan “miskin”:
1.        Hidup dalam rumah dengan ukuran lebih kecil dari 8 M2 per orang.
2.        Hidup dalam rumah dengan lantai tanah atau lantai kayu berkualitas rendah /bumbu.
3.        Hidup dalam rumah dengan dinding terbuat dari kayu berkualitas rendah / bambu / rumbai / tembok tanpa diplester.
4.        Hidup dalam rumah yang tidak dilengkapi dengan WC / bersama-sama dengan rumah tangga lain.
5.        Hidup dalam rumah dalam rumah tanpa listrik.
6.        Tidak mendapatkan fasilitas air bersih/sumur/mata air tidak terlindung/sungai / air hujan.
7.        Mengunakan kayu bakar, arang atau minyak tanah untuk memasak.
8.        Mengkonsumsi daging atau susu seminggu sekali.
9.        Belanja satu set pakaian baru setahun sekali.
10.     Makan hanya satu set pakaian baru setahun sekali.
11.     Tidak mampu membayar biaya kesehatan pada puskesmas terdekat.
12.     Pendapatan keluarga kurang dari Rp. 600.000 ribu sebulan.
13.     Pendidikan Kepala Keluarga hanya setingkat Sekolah Dasar.
14.     Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp.500.000 ( Kendaraan, emas, ternak dll)
15.     Memperkerjakan anak di bawah umur.
16.     Tidak mampu membiayai anak untuk sekolah.
Dan tidak pernah menerima kredit usaha UKM / KUKM tahun lalu.
Kedua, kata melayani, menurut Kamus Besar bahasa Indonesia adalah :
1.       membantu menyiapkan (mengurus) apa-apa yg diperlukan seseorang; meladeni:para pembantu sibuk ~ tamu.
2.       . menerima (menyambut) ajakan (tantangan, serangan, dsb): kita tidak perlu ~ mulut-mulut usil;
3.       mengendalikan; melaksanakan penggunaannya (senjata, mesin, dsb): lulusan STM sudah dapat ~ mesin diesel;
Kata Indonesia adalah bentuk dari kata dasar “layan”. Kata layan dalam tulisan ini berarti menghadapi dan menyervis. Kata layan dapat berubah menjadi melayankan, layanan, pelayan, pelayanan dan melayani sehingga kata melayani memiliki kaitan dengan kata melayankan, layanan, pelayan,pelayanan. Dalam melayani orang miskin dalam penulisan ini erat kaitannya dengan pelayan yang bernama Yesus, dan murid-murid-Nya dan pelayanan yang dimaksud adalah bentuk layanan terhadap orang miskin, seperti yang lakukan Yesus dan atau murid-murid-Nya terhadap orang miskin.
            Kata Ketiga, istilah kompetensi. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pekerja sosial yang menangani masalah sosial dalam hal ini orang miskin dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
(Ketentuan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, perlu membentuk Peraturan Menteri Sosial RI tentang Sertifikasi Bagi Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial dan peraturan 108 /HUK/2009, tentang sertifikasi bagi pekerja sosial profesional dan tenaga kerja kesejahteraan sosial.)

Menurut Uzer Usman, kompetensi berarti suatu hal yang mengambarkan kualifikasi dan kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun kuantitatif (2001:4). M.Surya mengartikan lebih luas, bahwa kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan, sikap dan ketrampilan, yang diperlukan oleh seseorang, dalam kaitan suatu tugas tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi pekerja sosial yang melayani orang miskin adalah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang harus ada pada seseorang agar dapat menunjukkan perilakunya sebagai pekerja sosial yang melayani kaum miskin (2004:92). Kompetensi pekerja sosial yang melayani orang miskinadalah kualifikasi keseluruhan penegtahuan, sikap dan ketrampilan yang harus dimiliki seorang guru yang diwujudkan dalam kehidupan pengajarannya.
Sistimatika Penulisan.
Pada bab dua dipaparkan dipaparkan latar belakang ke hidupan Yesus dengan masalah sistem sosial ekonomi kemiskinan yang dihadapi, dengan membahas siapa Yesus dan orang miskin yang dijumpai dan memjumpai Yesus, tujuan perjumpaan dan struktur kemasyarakatan.
Bab ketiga menguraikan karakteristik Yesus sebagai pelayan orang miskin. Pembahasan dengan beberapa istilah / gelar Yesus sebagai Hamba Yang Menderita, Nabi dan Saksi kebenaran yang memberitakan Kabar Baik bagi orang miskin dengan penuh kuasa, belas kasih, hilkma serta. Pelayanan yang memuridkan murid-murid-Nya untuk melanjutkan pelayanan-Nya.
Bab keempat menjelaskan isi layanan Yesus. Pembelajaran Yesus mencakup siapa diri-Nya, kemiskinan, pembebasan, iman dan kerajaan Allah, tentang nilai kehidupan, tentang kematian dan kebangkitan, pemuridan :syarat menjadi murid dan tanggungjawab sebagai murid dalam kaitan layanan kepada orang miskin.
Bab lima menguraikan pola pelayanan Yesus. Pada bagian pertama penulis menjelaskan tentang murid-murid yang dilayani Yesus, yakni kelompok dua belas murid dan kelompok besar yang merasakan pelayanan Yesus. Pada bagian kedua menjelaskan konteks Yesus melayani yaitu di rumah penduduk, di rumah ibadah, di daerah terbuka dalam perjalanan atau di alam terbuka. Pada bagian ketiga menjelaskan tentang metode Yesus melayani yang terdiri metode dari mengutip Perjanjian Lama, ceramah creatif yang berkuasa, kebersamaan, tanya jawab dan cerita. Bagian keempat menjelaskan media yang dipakai Yesus dalam melayani yaitu Firman Tuhan dalam tuntunan Roh Allah sesuai kehendak Bapa, peristiwa yang terjadi, peristiwa / bahan yang dapat diingat, dan media lainnya seperti peristiwa mukjizat.
Bab enam, kesimpulan dan saran dan aplikasi bagi pelayanan orang miskin di Indonesia khususnya di Yayasan Sosial Kasut Kerelaan Surabaya.

Daftar Keperpustakaan.
Ari, Donald., Jacobs. L.C., Razavieh.A.
    2004   Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Koentjaraningrat
    1997   Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia.
Moleong, L.J.
    2004   Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Nasir, M.
    1988   Metode Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia.
Subagyo
     2006  Pengantar Riset Kualitatif dan kuantatif. Bandung : Kalam Hidup.